Hallo, Selamat Datang di Pendidikanmu.com, sebuah web tentang seputar pendidikan secara lengkap dan akurat. Saat ini admin pendidikanmu mau berbincang-bincang berhubungan dengan materi Seni Sastra? Admin pendidikanmu akan berbincang-bincang secara detail materi ini, antara lain: pengertian, ciri, unsur, jenis, contoh dan fungsi.
Pengertian Seni Sastra
Sastra adalah kata serapan dari bahasa Sansekerta, yaitu Shastra, yang berarti teks yang berisi instruksi, instruksi, pengajaran. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sasatra adalah makalah yang, dibandingkan dengan makalah lain, memiliki karakteristik, keunggulan, keindahan dan keaslian dalam konten yang berisi gaya bahasa yang digunakan. Banyak ahli juga menjelaskan pentingnya literatur untuk membuatnya lebih mudah dipahami. Menurut M. Esten, sastra adalah karya imajinatif yang diekspresikan melalui bahasa yang unik dan memiliki nilai positif pada kehidupan manusia.
Pengertian Seni Sastra Menurut Para Ahli
Berikut ini terdapat beberapa pengertian seni sastra menurut para ahli, antara lain:
1. Menurut Semi
Menurut Semi, sastra adalah bentuk dan hasil karya seni kreatif yang objeknya, yaitu manusia dan hidupnya, menggunakan bahasa yang merupakan medium.
2. Menurut Panuti Sudjiman
Menurut Panuti Sudjiman, ia menjelaskan bahwa sastra adalah karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai karakteristik keunggulan, seperti orisinalitas, pengerjaan, keindahan dalam konten dan ekspresi.
3. Menurut Ahmad Badrun
Menurut Ahmad Badrun, sastra adalah kegiatan seni yang menggunakan bahasa dan sejumlah simbol lain sebagai alat dan imajinatif.
4. Menurut Eagleton
Menurut Eagleton, sastra adalah karya tulisan yang bagus (Belle Letters) yang merekam bentuk bahasa. dibuat aneh setiap hari dengan cara yang berbeda dengan bahasa yang diringkas, dimasukkan, diputar, diperpanjang dan sebaliknya.
5. Menurut Plato
Menurut Plato, sastra adalah hasil imitasi atau deskripsi realitas (mimesis). Karya sastra harus menjadi contoh alam semesta dan sekaligus model realitas. Oleh karena itu, nilai sastra akan lebih rendah dan lebih jauh dari dunia ide.
6. Menurut Aristoteles
Menurut Aristoteles, sastra adalah kegiatan lain melalui agama, sains dan filsafat.
7. Menurut Robert Schole
Menurut Robert Scholes, sastra tentu saja sebuah kata, bukan objek.
8. Menurut Sapardi
Menurut Sapardi, sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai media. Bahasa itu sendiri adalah ciptaan sosial. Literatur menunjukkan gambar kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah realitas sosial.
9. Menurut Taum
Menurut Taum, temuan bahwa sastra adalah karya berhak cipta atau fiksi yang banyak akal atau sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan bermanfaat yang berarti hal-hal lain
Ciri- Ciri Seni Sastra
Berdasarkan pemahamannya, karakteristik seni sastra dapat dibagi sebagai berikut:
- Seni sastra dalam bentuk bahasa: Seni sastra dalam bentuk ekspresi, kata-kata, cerita, dan gaya bahasa.
- Seni sastra dalam bentuk menuangkan perasaan: yaitu seni sastra dalam bentuk menuangkan perasaan dalam bentuk buku, buku, tulisan dan esai.
- Seni sastra terkandung dalam ide / nilai: Yaitu seni sastra yang terkandung dalam suatu ide atau nilai, yaitu sastra dalam bentuk ajaran, pedoman, peraturan dan pendidikan.
Unsur-Unsur Seni Sastra
Ada unsur-unsur dalam seni sastra yang membentuk seni sastra itu sendiri. yaitu sebagai berikut:
1. Unsur intrinsik
Elemen intrinsik adalah elemen yang mempengaruhi seni sastra yang terkandung dalam seni sastra itu sendiri. Unsur-unsur sastra intrinsik adalah sebagai berikut:
- Tema yang merupakan subjek yang terkandung dalam cerita.
- Amanat, pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya.
- Karakter / watak yang merupakan karakter dalam cerita. Karakter-karakter ini dapat diklasifikasikan sebagai: karakter utama yang menjadi fokus utama dan karakter pendukung yang menyertai karakter utama. Dilihat dari karakter baik dan buruk, karakter dibagi menjadi beberapa bagian berikut: protagonis, antagonis.
- Konflik, masalah yang dimiliki karakter dalam cerita. Konflik dibagi menjadi dua jenis: konflik internal (konflik di mana tidak ada karakter lain yang terlibat) dan konflik eksternal (konflik di mana karakter lain terlibat).
- Setting itu adalah gambaran tempat, waktu dan suasana.
- Aluri, aksi dalam karya sastra dari awal hingga akhir
- Simbol, yaitu penggunaan karya sastra untuk mewakili hal yang abstrak.
- Sudut pandang, yaitu penerapan karakter penulis dalam cerita. Perspektif penulis dibagi menjadi: orang pertama diidentifikasi dengan menggunakan kata “I” atau “I”, orang kedua diidentifikasi dengan menggunakan kata “Anda” dan orang ketiga diidentifikasi dengan menggunakan kata “aku” atau “aku”. kata “mereka” atau “dia” ditandai.
2. Unsur ekstrinsik
Elemen ekstrinsik adalah elemen yang membentuk karya sastra dari luar. Secara umum, elemen ini berupa latar belakang kehidupan, kepercayaan dan perspektif penulis penulis, adat istiadat, situasi politik, sejarah dan ekonomi yang ada dalam karya sastra. Meskipun unsur ekstrinsik Nerada terletak di luar karya sastra, unsur ini tetap merupakan unsur yang membangun karya sastra. Sehingga penonton bisa menikmati karya sastra.
Jenis-Jenis Sastra
Seni sastra merujuk tidak hanya pada penulisan, tetapi juga pada bahasa yang digunakan sebagai wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Karena itu, seni sastra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Seni sastra
Seni sastra tertulis adalah bentuk karya sastra sebagaimana dijelaskan dalam tulisan. Ini adalah kombinasi dari huruf yang memiliki makna atau makna. Ada begitu banyak jenis seni sastra yang telah berkembang di masyarakat, misalnya dalam bentuk prosa, puisi, fiksi dan esai.
- Pujangga Lama
Karya sastra Pujangga Lama di Indonesia diproduksi sebelum abad ke-20. Pada waktu itu, karya sastra di Indonesia didominasi oleh puisi, sajak, gurindam dan saga.
- Syair adalah puisi atau komposisi dalam bentuk terikat yang mementingkan ritme puisi. Biasanya terdiri dari 4 baris, irama aaaa, keempat baris berisi makna atau tujuan penyair (dalam puisi 2 baris terakhir berisi tujuan). Pantun adalah sejenis puisi yang terdiri dari 4 baris yaitu sajak ab-ab atau aa-aa. Dua baris pertama adalah Sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna). Dua baris terakhir puas dengan apa tujuan Pantun.
- Gurindam adalah bentuk puisi Melayu kuno yang terdiri dari dua baris kalimat dengan ritme akhir yang sama yang mewakili keseluruhan kesatuan. Baris pertama berisi beberapa jenis masalah, masalah, atau perjanjian, dan baris kedua berisi jawaban atau hasil dari masalah atau perjanjian di baris pertama sebelumnya. Tale adalah bentuk sastra prosa, terutama dalam bahasa Melayu, yang berisi cerita, kisah, kisah dan kisah.
Secara umum menceritakan tentang ukuran dan kepahlawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, sihir, dan keajaiban karakter utama. Beberapa karya sastra selama penyair tua adalah Hikayat Abdullah, Hikayat Andaken Penurat dan Hikayat Bayan Budiman.
- Sastra Melayu kuno
Sastra Melayu kuno adalah karya sastra di Indonesia yang diproduksi antara tahun 1870 dan 1942 dan dikembangkan di lingkungan masyarakat Sumatra seperti Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatra lainnya, komunitas Cina dan Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang diterbitkan sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk puisi, saga, dan terjemahan novel-novel barat. Beberapa contoh karya sastra Melayu kuno, yaitu Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo), Bunga Rampai oleh A.F. van Dewall, Kisah kapten Bontekoe, Kisah berlayar ke Pulau Kalimantan, Kisah berlayar ke Makassar dan lain-lain
- Balai Pustaka
Karya sastra Balai Pustaka telah diterbitkan di Indonesia sejak 1920-1950, yang dilakukan oleh penerbit Balai Pustaka sebagai karya perintis. Pada waktu itu prosa (roman, novel, cerpen, dan drama) dan puisi menggantikan posisi puisi, pantun, gurindam, dan hikayat dalam khazanah sastra Indonesia. Balai Pustaka didirikan pada saat itu untuk mencegah pengaruh buruk dari pembacaan cabul dan liar yang disebabkan oleh sastra Melayu Rendah, yang menyoroti kehidupan bertahun-tahun (cabul) dan dianggap politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa, yaitu Melayu Tinggi, Jawa dan Sunda, dan sejumlah terbatas dalam bahasa Bali, Batak, dan Madura. Contoh karya sastra oleh Balai Pustaka adalah Azab dan Sengsara, Seorang Gadis oleh Merari Siregar, Misery Membawa Nikmat oleh Sutan Sati dan Siti Nurbaya oleh Marah Rusli.
- Pujangga Baru
Penyair baru muncul sebagai tanggapan terhadap banyak sensor yang dilakukan Balai Pustaka pada tulisan-tulisan sastra pada saat itu, terutama karya sastra yang menyangkut nasionalisme dan kesadaran nasional. Sastra Penyair Baru adalah sastra intelektual, nasionalis, dan elitis yang merupakan “bapak” sastra Indonesia modern. Pada waktu itu majalah “Poedjangga Baroe” diterbitkan di bawah arahan Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah Balai Pustaka (1930-1942) dikembangkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastra penyair baru termasuk layar yang dikembangkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Shackles oleh Armijn Pane. Arti seorang penyair atau bujangga adalah pemimpin agama atau imam. Namun, makna penyair dalam penyair baru adalah “pencipta”.
- Angkatan 45
Pengalaman hidup dan pergolakan sosial-politik-budaya telah membentuk karya-karya sastra the Force ’45. Generasi sastra ini lebih realistis daripada generasi baru penyair romantis-idealis. Misalnya surat cinta Enday Rasidin, Simphoni oleh Subagio Sastrowardojo dan balada orang yang dicintai oleh W.S.Rendra
- Angkatan 66-70an
Generasi ini ditandai dengan penerbitan majalah sastra Horizon. Banyak karya sastra generasi ini sangat berbeda dalam aliran sastra. Pada akhir generasi terakhir, kelompok ini termasuk literatur seperti Motinggo Busye, pensiunan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Gunawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hurip, Sutardji Calzoum Bachri dan termasuk paus sastra Indonesia H.B.Jassin.
Seorang penulis di kelas 50-60 yang mendapat tempat di kelas ini adalah Iwan Simatupang. Pada zamannya, karya-karya sastra dalam bentuk novel, cerita pendek, dan drama kurang mendapat perhatian. Beberapa Satrawan dalam generasi ini adalah Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Gunawan Mohammad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Widjaya, Wisran Hadi, Flügel Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi lain. Karya-karya sastra dari 66 termasuk Amuk, Kapak, Laut Belum Dipasang, Meditasi, Potret Panjang seorang pengunjung Pantai Sanur, tergantung pada angin, Eternal Mourning, Aquarium, Blade dan Paper Boat.
- Generasi 80-an
Karya sastra di Indonesia setelah tahun 1980, ditandai dengan banyak novel roman, dengan penulis terkemuka pada waktu itu, yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia selama generasi ini tersebar luas di berbagai majalah dan publikasi. Beberapa penulis yang dapat mewakili kekuatan tahun 80-an adalah Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma dan Kurniawan Junaidi. Karya-karya sastra dekade 80-an termasuk Storm Must Have Passed, cintaku di kampus biru, sajak sikat gigi, Arjuna mencari cinta, Room Man dan Karmila. Mira W dan Marga T adalah dua penulis Indonesia terkemuka dengan fiksi romantis yang menjadi ciri novel mereka. Secara umum, tokoh utama dalam novelnya adalah wanita. Berbeda dengan novel Balai Pustaka, yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19, di mana karakter utama selalu dimatikan untuk menekankan perasaan romansa dan idealisme, karya-karya di tahun 80-an biasanya selalu mengungguli peran antagonis.
Apa yang tidak boleh dilupakan, bagaimanapun, adalah bahwa sastra pop juga ada di tahun 80-an (tetapi masih benar disebut sastra ketika sastra dianggap sebagai sarana komunikasi), yaitu kelahiran sejumlah novel populer, seri Hilman dengan Lupus-nya memiliki diluncurkan. Kemasannya menunjukkan bahwa generasi ini suka membaca dan tertarik pada karya “yang lebih berat”. Budaya Barat dan konfliknya sebagai tema utama sejarah terus memengaruhi sastra Indonesia hingga tahun 2000.
- Angkatan tahun 2000-an
Penulis generasi 2000 mulai memikirkan kondisi sosial dan politik yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya Orde Baru pada akhir 1990-an. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak berkaitan dengan sejarah novel. Apakah Anda tahu Ayu Utami dengan karya Saman? Sebuah fragmen dari kisah Laila Not Stop di New York. Karya ini menandai awal kebangkitan sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya menulis Ayu Utami yang terbuka dan bahkan vulgar membuatnya berbeda dari penulis lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung.
2. Literatur lisan
Seni sastra lisan disampaikan dalam bahasa lisan, yaitu langsung dengan pendengar, dengan atau tanpa iringan musik tertentu.
Bentuk seni sastra lisan yang telah berkembang di Indonesia meliputi:
- Mitos atau mitos
Mitos adalah seni sastra yang religius tetapi memberikan hubungan keyakinan dan praktik keagamaan. Masalah utama yang menjadi perhatian mitos adalah masalah kehidupan manusia, asal usul manusia dan makhluk hidup lainnya karena manusia ada di bumi, dan tujuan akhir kehidupan manusia. Fungsi mitos adalah untuk menjelaskan alam semesta dan keteraturan kehidupan dan perilaku.
Mitos yang hidup di Indonesia biasanya menceritakan tentang penciptaan alam semesta (cosmogony), asal usul dan silsilah para dewa (theogony), penciptaan manusia pertama dan pembawa budaya, asal-usul makanan pokok (beras) dan begitu seterusnya. Berikut adalah mitos yang hidup di Jawa.
“Dikatakan bahwa Pulau Jawa tidak berpenghuni di masa lalu, jadi itu mudah dipengaruhi oleh gelombang laut. Hanya Bathara Guru dan Bathari Parameswari yang berani menduduki itu. Agar Jawa tetap tenang, Bathara Guru memanggil para dewa untuk datang ke Jambudwipa. Pada intinya, mereka diperintahkan untuk memindahkan Gunung Mahameru ke Jawa menjadi tiang pancang. Para dewa bekerja sama untuk menaikkan gunung tersebut. Bathara Wisnu berubah menjadi tali untuk diikat dan Bathara Brahma menjadi kura-kura untuk kendaraannya. Setengah dari gunung tetap di belakang dan puncak dapat mencapai Jawa. Selama perjalanan ada bagian dari gunung yang jatuh dan membentuk Gunung Wilis, Gunung Kelud dan Gunung Kawi. Puncak itu menjadi Gunung Semeru dan ke pusat dunia seperti Gunung Mahameru di Jambudwipa.
- Legenda
Legenda adalah cerita semi-historis tentang seorang pahlawan, penciptaan adat istiadat, migrasi orang dan selalu mengandung campuran fakta dan supranatural. Legenda tidak memiliki banyak masalah, tetapi lebih kompleks daripada mitos. Tugasnya meliputi mengajar, pengajaran moral, meningkatkan kebanggaan dalam kelompok etnis atau leluhur mereka. Legenda yang lebih panjang dalam bentuk puisi atau prosa berirama dikenal sebagai epik.
- Epik
Epik adalah cerita lisan yang panjang, kadang-kadang dalam bentuk puisi atau prosa berirama, yang menceritakan tentang perbuatan besar dalam kehidupan manusia nyata atau legenda.
- Dongeng
Dongeng adalah kisah yang tidak nyata dan tidak historis dan yang tugasnya adalah menyediakan hiburan dan memberikan pelajaran atau saran.
Contoh Seni Sastra Lisan
Berikut ini adalah contoh seni sastra lisan yang hidup di Indonesia.
1. Pantun Sunda
Pantun Sunda adalah puisi naratif oleh orang Sunda (Jawa Barat), yang diiringi musik harpa. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum atau sesudah upacara tradisional seperti pernikahan dan merupakan salah satu hiburan. Penyanyi pantun menyanyikan irama suara yang telah ia pilih pada skala pentatonik (lima not). Harpa Sunda biasanya dalam bentuk perahu 18-string. Pantun Sunda biasanya berisi cerita-cerita dari kerajaan Hindu Pajajaran. Cerita ditampilkan pada waktu yang sama antara percakapan dan bernyanyi. Salah satu puisi Sunda yang paling terkenal adalah Lutung Kasarung. Puisi ini terdiri dari 1.000 baris dan tanggal dari abad ke-15. Tradisi ini awalnya disampaikan oleh pendongeng profesional yang melakukan perjalanan dari desa ke desa. Tujuannya adalah untuk mengajarkan kepercayaan agama, sejarah, mitologi, sopan santun dan lainnya. Dalam perkembangannya, tradisi ini berubah menjadi cerita anak-anak.
2. Rabab Pariaman
Tradisi pertunjukan lisan ini berasal dari Sumatera Barat. Rabab menceritakan kisah dalam bentuk lagu dengan fitur dialek Pariaman. Tradisi ini biasanya ditampilkan di pernikahan, perayaan Nagari, pesta pengangkatan dan lain-lain. Kisah yang disampaikan mengandung perjuangan untuk sukses dalam hidup. Tokoh-tokoh dalam cerita berjuang untuk berhasil dan kemudian mendapatkan jawaban dari penonton.
3. Makyong
Tradisi ini awalnya berasal dari Pattani, Thailand, tetapi diperluas ke selatan ke pantai Melayu. Makyong adalah pertunjukan teater di mana unsur-unsur drama, tarian, musik, ekspresi, dll. Digabungkan menjadi satu unit. Tradisi ini awalnya dipamerkan di kalangan atas Istana Kelantan dan oleh Riau Lingga hingga abad ke-18. Tugasnya bukan untuk menghibur Tuhan Yang Maha Esa, tetapi untuk menghormatinya. Sultan dan istrinya dianggap mewakili Tuhan, jadi Makjong dianggap sebagai persembahan kepada Tuhan. Selama perkembangannya, Makyong diubah menjadi pertunjukan desa sebagai hiburan atau upacara penyembuhan.
Cerita yang dimainkan sebagian besar berasal dari peninggalan kisah-kisah istana kerajaan Melayu, biasanya dalam bentuk prosa tanpa naskah. Makyong terdiri dari Punakawan (pengawas) mengenakan topeng, wak banda (peramal atau lelaki bijak) dan pemain, semua dimainkan oleh wanita. Salah satu cerita paling populer dalam tradisi Makyong adalah dewa muda.
4. Wayang Kulit dan Wayang Beber
Tradisi ini adalah tradisi lisan, yang potongan-potongannya berasal dari legenda dan cerita lisan dari literatur tertulis tentang tradisi India dan Jawa. Wayang Kulit dan Wayang Beber dapat ditemukan di Jawa, Bali, Sumatra Selatan dan Jawa Barat. Tradisi boneka dalam bentuk teater boneka dengan layar, gamelan dan 400 boneka. Apakah kehidupan ini ditentukan oleh Dalang atau tidak adalah karena dia adalah penguasa pertunjukan.
Fungsi Seni Sastra
Berikut ini terdapat beberapa tfungsi seni sastra, antara lain:
1. Sarana menyampaikan pesan moral
Penulis sastra menulis karya sastra yang menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan harus diwakili dalam sebuah cerita oleh tokoh-tokohnya. Dengan karya sastranya, penulis ini menawarkan pesan moral tentang kemanusiaan mulia yang memperjuangkan hak asasi dan martabat manusia. Kualitas-kualitas ini pada dasarnya bersifat universal, yang berarti bahwa semua itu diyakini oleh semua orang. Pembaca diharapkan melakukan keadilan terhadap karakteristik ini dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Moralitas dalam sastra atau kebijaksanaan yang diberikan oleh penulis selalu dalam arti yang baik karena pada awalnya semua karya sastra baik. Jika cerita menunjukkan sikap dan perilaku karakter yang tidak terpuji, baik sebagai antagonis dan sebagai protagonis, itu tidak berarti bahwa penulis mengusulkan untuk berperilaku dengan cara ini. Pembaca diharapkan mengambil kebijaksanaannya sendiri dari sejarah. Sesuatu yang baik bahkan lebih terlihat ketika berhadapan dengan sesuatu yang buruk.
2. Sarana menyampaikan kritik
Seni sastra, khususnya sastra tertulis, dapat menjadi sarana menyampaikan kritik terhadap fenomena sosial dan politik dalam masyarakat. Misalnya, novel atau puisi yang mengangkat masalah kemiskinan, perbedaan antara pria dan wanita atau kesenjangan sosial. Melalui literatur, orang menjadi empatik dan kepribadian, dan pada akhirnya tergerak untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah sosial.
3. Menumbuhkan rasa nasionalisme dan menghormati budaya daerah
Sebagai bagian dari budaya nasional, seni sastra Indonesia adalah sarana ekspresi budaya dalam konteks upaya untuk mempromosikan kesadaran sejarah dan antusiasme untuk nasionalisme. Semangat nasionalisme dalam seni sastra tidak hanya relevan di masa revolusi, tetapi juga di era globalisasi, yang dapat mengancam nasionalisme bersama suatu bangsa.
Dalam hidup tanpa seni, hidup terasa tidak berwarna karena seni adalah keindahan yang menyenangkan mata dan didengar.
Berita Artikel Lainnya:
- Pengertian Kapitalisme
- Materi Birama
- Materi Ekonomi Kreatif
- Materi Ekstrakurikuler
- Materi Pengendalian Sosial
- Materi Seni Teater