Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

Hallo, Selamat Datang di Pendidikanmu.com, sebuah web tentang seputar pendidikan secara lengkap dan akurat. Saat ini admin pendidikanmu mau berbincang-bincang berhubungan dengan materi Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo? Admin pendidikanmu akan berbincang-bincang secara detail materi ini, antara lain:

Peninggalan-Kerajaan-Gowa-Tallo

Kesultanan Makassar adalah negara Islam yang terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi pada abad ke-16. Awalnya, kerajaan ini terdiri dari kumpulan kerajaan kecil yang saling bertarung. Kemudian, daerah itu akhirnya dikumpulkan dan dikumpulkan oleh kerajaan kembar, Gowa dan Tallo, untuk menjadi Kesultanan Makassar.

Pengaruh embrio pendiri Makassar, kerajaan Gowa dan Talas di semenanjung barat daya Sulawesi, telah menjadi tempat yang sangat strategis untuk perdagangan rempah-rempah. Selain menjual rempah-rempah, pedagang Muslim yang menjual juga berkontribusi signifikan terhadap penyebaran Islam.

Tentu saja ada banyak peninggalan sejarah dari kerajaan ini karena adanya kisah sejarah yang menceritakan betapa hebatnya kerajaan ini dan bagaimana ia ada pada masanya.


Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

Berikut dibawah ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan gowa tallo, antara lain sebagai berikut:


1. Benteng Ford Rotterdam

Benteng Ford Rotterdam

Benteng Ford Rotterdam atau juga dikenal sebagai Benteng Ujung Pandang oleh masyarakat setempat adalah bangunan benteng yang berasal dari peninggalan kerajaan Gowa Tallo, yang terletak di pantai barat kota Makassar, selatan Sulawesi. Benteng ini pertama kali dibangun oleh Raja ke-9 Gowa, Raja Manringau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi ‘Kallona, ​​pada tahun 1545 Masehi.

Awalnya, bangunan benteng dibangun dengan tanah liat, akhirnya di bawah pemerintahan raja ke-14 Gowa, Sultan Alauddin, kemudian dilakukan renovasi atau perbaikan bangunan benteng menggunakan padas dari pegunungan karst yang terletak di Maros.

Benteng ini memiliki bentuk yang menyerupai kura-kura yang ingin merangkak ke laut. Dari segi bentuk, filosofi kerajaan Gowa terlihat jelas di bangunan ini, yang berarti bahwa kura-kura dapat hidup di darat dan juga di laut, yang berarti bahwa kerajaan ini dapat menahan semua ancaman dari luar atau di dalam kerajaan diri.

Kita harus tahu bahwa pada awalnya benteng ini disebut benteng Ujung Pandang. Namun, setelah kerajaan Gowa Tallo menandatangani perjanjian Bungayya, salah satu isi artikel itu mengharuskan kerajaan mengembalikan benteng itu kepada pasukan Belanda.

Setelah Belanda menguasai benteng ini, nama benteng itu akhirnya diubah menjadi Fort Rotterdam oleh Cornelis Speelman untuk memperingati wilayah kelahirannya di Belanda. Benteng ini juga digunakan oleh Belanda sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah oriental Indonesia.

Saat ini, di kompleks Benteng Fort Rotterdam, ada museum La Galigo yang berisi banyak referensi tentang sejarah Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah lain di Sulawesi Selatan. Bagian dari benteng fisik masih utuh dan telah menjadi objek wisata yang direkomendasikan untuk dikunjungi di kota Makassar.


2. Batu Pallantikang (Batu Pelantikan)

Batu Pallantikang

Batu pallantikang atau disebut juga batu pelantikan adalah batu andesit yang diapit oleh batu kapur. Peninggalan bersejarah kerajaan Gowa Tallo ini dianggap oleh beberapa orang sebagai keberuntungan karena diyakini sebagai batu dari surga.


3. Masjid Katangka

Masjid Katangka

Masjid Katangka atau juga dikenal sebagai Masjid Al-Hilal adalah salah satu masjid tertua di Sulawesi selatan. Masjid ini menerima nama Katangka karena terletak di Kel. Katangka, kec. Somba Opu, kab. Selain Gowa, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa masjid tersebut bernama Katangka karena bahan dasar untuk pembuatan masjid ini berasal dari pohon Katangka.

Masjid ini adalah masjid peninggalan kerajaan Gowa Tallo yang diperkirakan dibangun pada 1603, tetapi beberapa sejarawan ragu tentang hal itu. Pendapat lain menjelaskan bahwa masjid itu didirikan pada awal abad ke-18.

Masjid Katangka sendiri dibangun di atas lahan seluas 150 meter persegi. Ada fitur di masjid ini yang memiliki kubah, atap dua lapis yang terlihat seperti bangunan Joglo. Masjid ini memiliki 4 tiang penyangga yang memiliki bentuk bulat dan ukuran besar di tengah. Masjid ini memiliki 6 jendela dan 5 pintu.

Ada perasaan dalam arsitektur masjid ini, di mana atap dua ubin menandakan syahadat, empat pilar menandakan sahabat nabi, 6 jendela menandakan pilar agama dan 5 pintu menandakan shalat wajib 5 kali. Selain keunikan di atas, ada juga karakter unik di kubah yang berisi arsitektur lokal dan Jawa, mimbar yang dipengaruhi oleh budaya Cina di mana atap podium memiliki kemiripan dengan atap pagoda dan pilar-pilar yang berisi arsitek Eropa. bangunan.


4. Masjid Jongaya (Babul Firdaus)

Masjid Jongaya

Masjid Jongayya atau juga dikenal sebagai Babul Firdaus adalah masjid yang dibangun untuk pertama kalinya oleh Raja Gowa ke-34, yaitu Imakkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang Sultan Husain Tumenanga ri Bundu’na saat perayaan ulang tahun Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam sekitar tahun 1314 Hijriah.

Menurut informasi dari masyarakat setempat, masjid ini adalah masjid ketiga yang didirikan oleh kerajaan Gowa selain masjid Jami ‘Nurul Mu’minin dan masjid Katangka. Arsitektur ketiga masjid ini hampir sama karena masih dibangun oleh keturunan raja Gowa. Tujuan pembangunan masjid ini adalah karena perpindahan pusat kerajaan Gowa dari wilayah Katangka ke Jongayya.

Karena lokasinya di pusat kerajaan, masjid ini juga menjadi tempat pertemuan para raja untuk mengatur strategi untuk memerangi pendudukan Belanda serta tempat untuk belajar Islam. Seiring berjalannya waktu, masjid ini kemudian diperluas dari luas aslinya 100 meter persegi menjadi 750 meter persegi dan saat ini, luas masjid telah mencapai 2.000 meter persegi.


5. Masjid Jami ‘Nurul Mu’minin

Masjid Jami 'Nurul Mu'minin

Masjid Jami ‘Nurul Mu’minin adalah masjid peninggalan kerajaan Gowa Talo di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar. Diperkirakan masjid ini dibangun sekitar 1.700 tahun yang lalu. Dikatakan bahwa masjid ini didirikan oleh salah satu pengrajin Gowa bernama Andi Cincing Karaeng Talengkese.

Tujuan pembangunan masjid ini pada waktu itu adalah untuk membantu orang-orang yang merasa kesulitan untuk pergi ke tempat shalat yang cukup jauh, yaitu masjid Jongayya.


6. Kompleks Makam Katangka

Kompleks Makam Katangka

Kompleks Makam Katangka terletak di area Masjid Katangka. Di makam ini, ada kuburan keluarga dan keturunan raja-raja Gowa, termasuk Sultan Hasanudin.

Mengenali kuburan itu sangat mudah, di mana kuburan para raja diberi kubah sementara kuburan para pemimpin agama dan keturunan kerajaan hanya ditandai dengan batu nisan biasa.


7. Makam Sheikh Yusuf Tajul Khalwati

Makam Sheikh Yusuf Tajul Khalwati

Sheikh Yusuf Tajul Khalwati atau dikenal juga dengan Sheikh Yusuf Almaqassari Al-Bantani adalah seorang ilmuwan hebat yang lahir di Gowa pada 3 Juli 1926. Dia adalah keturunan dari pasangan Abdullah dan Aminah. Saat kelahirannya, Sultan Alauddin memberinya kehormatan memberinya nama langsung, nama yang diberikan adalah Muhammad Yusuf.

Sheikh Yusuf memiliki pengaruh besar pada penduduk Gowa Tallo terhadap para penjajah. Dengan pengaruhnya yang besar yang mengganggu para penyerbu, ia kemudian diasingkan ke Sri Lanka, India, pada bulan September 1684, kemudian ke Cape Town, Afrika Selatan. Ketika dia meninggal, jenazahnya dipulangkan ke wilayah asalnya, Makassar dan tepatnya ke dataran rendah Menung, sebelah barat masjid Katangka.


8. Istana Balla Lompoa

Istana Balla Lompoa

Istana ini juga merupakan bagian dari warisan sejarah kerajaan Gowa Tallo, yang terletak di kec. Somba Opu, Kab. Gowa tepatnya di desa Sungguminasa. Istana ini dibangun untuk pertama kalinya oleh raja ke-3 Gowa yaitu I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonionompo, Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin Tumenangari Sungguminasa.

Setelah renovasi, pos-pos istana sekarang 54, dan mungkin ada penambahan masa depan. Istana ini memiliki 6 jendela di sisi kiri dan empat jendela depan yang memiliki fungsi museum yang berguna untuk menyimpan benda-benda bersejarah dari kerajaan Gowa Tallo.


9. Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu adalah benteng dalam sejarah kesultanan Gowa yang didirikan oleh raja ke-9 Gowa, yaitu Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi ‘Kallonna pada abad ke-16. Benteng ini terletak di Jalan Daeng Tata, kel. Benteng Somba Opu, kec. Barombong, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan.

Pada zamannya, tempat ini dulunya merupakan pusat perdagangan pelabuhan dan rempah-rempah, yang diperdagangkan untuk para pedagang dari Asia dan Eropa. Namun, tempat ini berhasil ditaklukkan oleh VOC pada tahun 1969, yang kemudian dihancurkan hingga tenggelam oleh ombak. Benteng itu kemudian ditemukan kembali pada 1980-an oleh para ilmuwan yang datang ke situs tersebut.

Kemudian pada 1990-an sebelum benteng dibangun kembali sehingga terlihat lebih baik dari sebelumnya. Tempat ini sekarang telah menjadi kunjungan bersejarah karena ada rumah-rumah tradisional dan ada juga museum yang berisi benda-benda bersejarah dari kerajaan ini. Tidak kalah menariknya, di tempat ini juga ditemukan sebuah meriam dengan panjang 9 meter dan berat kisaran 9.500 kilogram.


Demikian Pembahasan Tentang 9 Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo Beserta Gambarnya Lengkap dari Pendidikanmu
Semoga Bermanfaat Bagi Para Pembaca :)

Baca Artikel Lainnya: