Materi Pendidikan Multikultural

Hallo, Selamat Datang di Pendidikanmu.com, sebuah web tentang seputar pendidikan secara lengkap dan akurat. Saat ini admin pendidikanmu mau berbincang-bincang berhubungan dengan materi Pendidikan Multikultural? Admin pendidikanmu akan berbincang-bincang secara detail materi ini, antara lain:

Teori-Pendidikan-Multikultural

Pengertian Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah gagasan yang menyebutkan bahwa semua siswa, tanpa peduli dalam kelompok manapun mereka masuk, seperti kelompok yang terkait dengan jender, suku bangsa, ras, budaya, kelas sosial, agama, atau pengecualian seharusnya mengalami kesetaraan pendidikan di sekolah (Slavin,2008).

Sudarminta, J (2011 : 3) mengatakan pendidikan multikultural adalah:

  1. upaya untuk menanggapi semakin banyaknya sekolah diberbagai belahan dunia yang dihadiri oleh peserta didik dari berbagai latar belakang budaya, etnis, ras, warna kulit dan kelas sosial;
  2. tanggapan praktis terhadap ketidakmemadaian beberapa pendekatan sebelumnya menghadapi keanekaragaman budaya seperti model asismilasi budaya minoritas ke dalam budaya mayoritas, model “salad bowl”, “melting pot” serta rasisme dan deskriminasi terhadap minoritas;
  3. upaya mereformasi sekolah guna menciptakan iklim pembelajaran yang memberikan kesempatan sama kepada macam-macam siswa dari kelompok yang kurang beruntung karena latar belakang budaya, suku, agama, ras, jenis kelamin, kelas sosial, sehingga mereka nantinya juga dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam memasuki pasar kerja dan membangun masyarakat yang adil, demokratis dan sejahtera.

Menurut Lasmawan (2004) mengatakan pendidikan multikultur adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. Hal yang sama juga dikatakan Banks, J.A, (2001) bahwa pendidikan multikultural adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.

Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak (Asy’arie, M. 2004).

Jadi pendidikan multikultural adalah proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah untuk memberikan pemahaman pada peserta didik mengenai keragaman budaya, etnik, ras, agama baik di sekolah maupun di masyarakat serta pola interaksi akibat adanya keanaekaragaman sehingga tidak ada sikap diksriminasi terhadap kelompok tertentu dan terhindarnya konflik antara kelompok.


Dimensi-Dimensi Pendidikan Multikultural

James A. Banks (1999) mengidentifikasi ada lima dimensi pendidikan multikultural yang diperkirakan dapat membantu guru dalam mengimplementasikan beberapa program yang mampu merespon terhadap perbedaan pelajar (siswa) yaitu:


  • Dimensi integrasi isi/materi (content integration). 

Integritas isi adalah penggunaan contoh , data dan informasi dari berbagai budaya oleh guru. Inilah yang oleh kebanyaan orang dianggap sebagai pendidikan multikultural : mengajarkan budaya-budaya yang berbeda dan sumbangan yang diberikan oleh orang-orang dari budaya yang berbeda-beda,penyertaan kedalam kurikulum karya anggota-anggota kelompok yang kurang terwakili, termasuk wanita, dan semacam itu.

Dimensi ini digunakan oleh guru untuk memberikan keterangan dengan ‘poin kunci’ pembelajaran dengan merefleksi materi yang berbeda-beda. Secara khusus, para guru menggabungkan kandungan materi pembelajaran ke dalam kurikulum dengan beberapa cara pandang yang beragam. Salah satu pendekatan umum adalah mengakui kontribusinya, yaitu guru-guru bekerja ke dalam kurikulum mereka dengan membatasi fakta tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. di samping itu, rancangan pembelajaran dan unit pembelajarannya tidak dirubah. Dengan beberapa pendekatan, guru menambah beberapa unit atau topik secara khusus yang berkaitan dengan materi multikultural.


  • Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction)

Suatu dimensi dimana para guru membantu siswa untuk memahami beberapa perspektif dan merumuskan kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan yang mereka miliki. Dimensi ini juga berhubungan dengan pemahaman para pelajar terhadap perubahan pengetahuan yang ada pada diri mereka sendiri. Misalnya, siswa mungkin akan diminta menuliskan sejarah kolonisasi awal amerika dari perspektif warga amerika pribumi atau amerika afrika untuk mempelajari bagaimana pengetahuan yang kita terima sebagaimana adanya dalam kenyataannya dipengaruhi oleh asal-usul dan sudut pandang kita sendiri.


  • Dimensi pengurangan prasangka (prejudice reduction)

Guru melakukan banyak usaha untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku positif tentang perbedaan kelompok. Sebagai contoh, ketika anak-anak masuk sekolah dengan perilaku negatif dan memiliki kesalahpahaman terhadap ras atau etnik yang berbeda dan kelompok etnik lainnya, pendidikan dapat membantu siswa mengembangkan perilaku intergroup yang lebih positif, penyediaan kondisi yang mapan dan pasti. Dua kondisi yang dimaksud adalah bahan pembelajaran yang memiliki citra yang positif tentang perbedaan kelompok dan menggunakan bahan pembelajaran tersebut secara konsisten dan terus-menerus.

Penelitian menunjukkan bahwa para pelajar yang datang ke sekolah dengan banyak stereotipe, cenderung berperilaku negatif dan banyak melakukan kesalahpahaman terhadap kelompok etnik dan ras dari luar kelompoknya. Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan teksbook multikultural atau bahan pengajaran lain dan strategi pembelajaran yang kooperatif dapat membantu para pelajar untuk mengembangkan perilaku dan persepsi terhadap ras yang lebih positif. Jenis strategi dan bahan dapat menghasilkan pilihan para pelajar untuk lebih bersahabat dengan ras luar, etnik dan kelompok budaya lain.


  • Dimensi pendidikan yang sama/adil atau kesetaraan dalam pendidikan (equitablepedagogy)

Dimensi ini memperhatikan cara-cara dalam mengubah fasilitas pembelajaran sehingga mempermudah pencapaian hasil belajar pada sejumlah siswa dari berbagai kelompok. Strategi dan aktivitas belajar yang dapat digunakan sebagai upaya memperlakukan pendidikan secara adil, antara lain dengan bentuk kerjasama (cooperatve learning), dan bukan dengan cara-cara yang kompetitif (competition learning). Dimensi ini juga menyangkut pendidikan yang dirancang untuk membentuk lingkungan sekolah, menjadi banyak jenis kelompok, termasuk kelompok etnik, wanita, dan para pelajar dengan kebutuhan khusus yang akan memberikan pengalaman pendidikan persamaan hak dan persamaan memperoleh kesempatan belajar.


  • Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture and social structure)

Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, dapat digunakan untuk menyusun struktur sosial (sekolah) yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang beranekaragam sebagai karakteristik struktur sekolah setempat, misalnya berkaitan dengan praktik kelompok, iklim sosial, latihan-latihan, partisipasi ekstra kurikuler dan penghargaan staff dalam merespon berbagai perbedaan yang ada di sekolah.


Implementasi Pendidikan Multikultural

Implementasi pendidikan multikultural dapat dilakukan di sekolah melalui beberapa cara yaitu:


  1. Implementasi pendidikan multikultural terintegrasi dengan mata pelajaran

Menurut Iis Arifudin (2007) mengatakan adapun pelaksanaan pendidikan multikultural tidaklah perlu mengubah kurikulum, pelajaran pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran yang lainnya. Hanya saja diperlukan pedoman bagi guru untuk menerapkannya. Yang utama kepada para siswa perlu diajari mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling menghargai. Hal tersebut sangat berharga bagi bekal hidup mereka dikemudian hari dan sangat penting untuk tegaknya nilai-nilaikemanusiaan.

Jadi implementasi dan pengembangan pendidikan multikultural terintegrasi melalui mata pelajaran dapat dilakukan oleh perguruan tinggi atau sekolah dasar dan menengah sebagai berikut: 1) perguruan tinggi misalnya, dari segi substansi, pendidikan multikultural dapat diintegrasikan misalnya melalui mata kuliah umum, seperti kewarganegaraan, agama, dan bahasa; 2) tingkat SD, SLTP, atau sekolah menengah (SMA), pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran dan bahan ajar seperti agama, sosiologi, dan antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran, seperti diskusi kelompok atau kegiatan lainnya.


  1. Implementasi pendidikan multikultural melalui kegiatan pengembangan diri.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik, dan kondisi sekolah.


a) Pengembangan diri terprogram

Pengembangan diri terprogram untuk pendidikan multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut ini :


  • Kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler

Kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang ada di sekolah meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah, Pramuka, Kegiatan Olahraga dan lain-lain yang tentunya akan diikuti oleh siswa yang berasal dari berbagai etnis, budaya.  Menurut Tan, S. (2010) mengatakan bahwa dalam komposisi kepengurusan OSIS juga melibatkan siswa dari berbagai unsur etnis. Agar terjadi kontak fisik alamiah dan melahirkan pemahaman yang baik antar sesama maka adakanlah berbagai kegiatan yang berorientasi kelompok. Dimana tanpa disadari kegiatan tersebut melibatkan berbagai etnis seperti Tim bola basket, volly ball, pentas drama, vocal group, cheert leeder, Pramuka dan sebagainya.

Kegiatan ekstra kurikuler hendaknya juga multinilai. Sikap menghargai orang yang berbeda dari budaya lain akan lebih berkembang bila siswa mempraktikkan dan mengalami sendiri, maka model live-in, tinggal di tengah orang yang berbudaya lain, amat dapat membantu siswa menghargai “budaya lain”. Misalnya siswa dari Bali ikut live-in satu minggu di tengah orang Sunda. Bila mereka mengalami bahwa di situ diterima dengan baik, mereka akan dibantu lebih penghargai budaya Sunda. Proyek dan kepanitiaan di sekolah baik juga diatur dengan lebih variasi dan beragam. Setiap panitia terdiri dari aneka macam siswa dari berbagai suku, ras, agama, budaya, dan jender. Ini akan lebih menumbuhkan semangat kesatuan dalam perbedaan yang ada (Nasrudin, I. 2010).


  • Layanan Konseling 

Pembina layanan konseling dalam melaksanakan kegiatan tidak boleh bersikap diskriminatif pada peserta didik, darimana pun asal usul peserta didik ketika mengalami kesulitan dalam pengembangan diri, pengembangan sosial, pengembangan kemampuan belajar dan pengembangan karier harus dilayani secara optimal. Dengan demikian tindakan dan sikap layanan konseling telah mencerminkan layanan yang berbasis multikultural karena sesuai dengan fungsi layanan konseling.


b) Pengembangan diri tidak terprogram

Pengembangan diri tidak terprogram untuk pendidikan multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pembiasan, spontanitas dan pembinaan disiplin seperti bersalam-salaman antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan tata usaha. Bentuk-bentuk keteladanan seperti sikap saling menghormati yang ditunjukan oleh guru maupun warga sekolah lainnya.


  1. Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan lokal

Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun pelajaran, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan lebih dari satu mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat.

Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan lokal dapat dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pengembangan muatan lokal maksudnya muatan lokal pendidikan multikultural disesuaikan dengan potensi daerah tempat sekolah berada seperti: 1) keterkaiatan muatan lokal dengan sumber daya alam (SDA); 2) keterkaiatan muatan lokal dengan sumber daya manusia (SDM); 3) keterkaiatan muatan lokal dengan geografis; 4) keterkaiatan muatan lokal dengan budaya; 5) keterkaiatan muatan lokal dengan historis (Direktorat Pembinaan SMA,2010).


  1. Implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan lingkungan

Pendidikan multikultural dapat diimplementasikan melalui pendidikan lingkungan dengan maksud agar peserta didik lebih dekat dengan keadaan lingkungan sebenarnya sehingga menumbuhkan rasa memiliki lingkungan, mencintai lingkungan dan menghargai eksistensi lingkungan yang juga bagian dari ekosistim dan mempengaruhi kehidupan manusia dan pelajaran yang terpenting yang dapat dimaknai peserta didik pendidikan lingkungan.

Jika dikorelasikan dengan hakikat pendidikan multikultural bahwa alam lingkungan tidak pernah melakukan diskriminasi pada siapapun yang berinteraksi dengan alam seperti mengeluarkan Oksigen untuk dihirup oleh siapapun tanpa membedakan suku, ras, agama dan budaya. Makna ini menjadi titik tolak bagi peserta didik bahwa pendidikan multikultural melalui pendidikan lingkungan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan sikap-sikap yang bernuansa multikulturalisme.

Tan, S. (2010) mengatakan pendidikan lingkungan hidup berupa “out door activities” yang dikaitkan dengan penyadaran bahwa sesungguhnya alam juga tidak pernah melakukan deskriminasi terhadap apapun. Pohon di hutan yang senantiasa menghasilkan oksigen yang sama banyaknya untuk dihirup oleh manusia dan hewan tanpa ada batasan dan diskriminasi. Lalu mengapa manusia yang memiliki akal budi tidak melakukan hal yang sama, memberi dan membantu tanpa ada diskriminasi dan pembedaan antar satu dengan lainnya.

Pelajaran yang berharga dari prilaku dan interaksi lingkungan menumbuhkan pikiran positif pada peserta didik dimana peserta didik akan memiliki pikiran positif terhadap lingkungan maka rasa peduli akan lingkungan yang lestari akan tertanam dan sikap selalu mencegah agar lingkungan alam tetap lestari menjadi perhatian peserta didik.


Pengembangan Pendidikan Multikultural Di Sekolah

Menurut Lasmawan (2010) ada sejumlah strategi pendidikan yang harus dikembangkan seperti: 1) peningkatan pendidikan moral dan budi pekerti, penanaman pemahaman dan kesadaran (literasi) terhadap keberagaman kultur kebangsaan; 2) perbaikan kualitas proses dan produk pembelajaran, penyiapan perangkat instruksional yang mendukung peningkatan mutu pendidikan, dan hal-hal lain yang bersifat mikro seperti pengembangan model dan strategi pembelajaran yang visibel bagi pembelajaran multikultur.

Pengembangan model pendidikan multikultur harus di orientasikan pada:

  • penanaman pemahaman dan kesadaran akan keberagaman dalam kesatuan;
  • pengintegrasian domain multikultur secara holistik ke dalam beberapa mata pelajaran;
  • pengembangan konsep dan generalisasi pokok pendidikan multikultur;
  • model pengorganisasian materi pendidikan multikultur; dan
  • pengembangan model penilaian kompetensi multikultur (Lasmawan, 2010).

Peran Guru dan Sekolah Dalam Implementasi dan Pengembangan Pendidikan Multikultural

Menurut Laswama (2004) bahwa untuk bisa melaksanakan pendidikan multikultural, maka guru sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum dituntut untuk mampu:

  1. mengintegrasikan materi multikultur kedalam mata pelajaran/bidang studinya secara holistik,
  2. memilih dan mengembangkan model pendidikan multikultur yang visibel bagi siswa,
  3. mengembangkan model penilaian multikultur yang sesuai dengan tuntutan kurikulum formal, dan
  4. melaksanakan tindak lanjut dari pendidikan multikultur yang telah dilaksanakan bagi ketuntasan pencapaian hasil belajar siswa.

Peran guru dan sekolah dalam implementasi pendidikan multikultural dan pengembangan pendidikan multikulutural pada satuan pendidikan sebagai berikut :

  • membangun paradigma keberagamaan;
  • menghargai keragaman bahasa;
  • membangun sensitivitas gender;
  • membangun sikap kepeduliaan sosial;
  • membangun sikap anti diskriminasi etnis;
  • membangun sikap anti Diskriminasi terhadap perbedaan kemampuan dan perbedaan umur.

Daftar Pustaka:

  • Arifin, A.H.A. 2012. Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Praksis Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Volume 1, Nomor 1, Juni, 2012.
  • Direktorat Pembinaan SMA . ( 2010). Bahan bimtek standar nasional pendidikan-kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia Jakarta.
  • Hanum, Farida.2008. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Makalah disampaikan pada seminar pendidikan nasional  HIMA PGSD UPP I dan UPP II tanggal 24 Mei 2008 di gedung KPLT FIP UNY.
  • Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultura, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
  • Slavin, R. E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks.
  • Tan, S. (2010). Pendidikan multikulturalisme : solusi ancaman disintegrasi bangsa. Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan dapat di akses secara on-line di internet.

Demikian Pembahasan Tentang Pengertian Pendidikan Multikultural: Teori, Dimensi, Implementasi, Pengembangan dan Peran dari Pendidikanmu
Semoga Bermanfaat Bagi Para Pembaca :)

Baca Juga Artikel Lainnya: