Daftar Isi
13 Nama Kerajaan Islam Di Indonesia dan Sejarahnya Singkat
Hallo, Selamat Datang di Pendidikanmu.com, sebuah web tentang seputar pendidikan secara lengkap dan akurat. Saat ini admin pendidikanmu mau berbincang-bincang berhubungan dengan materi Nama Kerajaan Islam? Admin pendidikanmu akan berbincang-bincang secara detail materi ini, antara lain: 15 daftar nama kerajaan di indonesia.
Berkembangnya agama Islam secara cepat dan meluas di Nusantara terutama di kawasan pesisir karena terdapatnya kontak dagang antara pedagang Islam dengan pedagang Nusantara. Para pedagang Islam dari Gujarat dalam menyiarkan agama Islam dengan cara bijaksana dan tanpa paksaan atau kekerasan. Sehingga banyak pedagang dan penduduk Nusantara pada masa lampau yang tertarik kepada ajaran agama Islam. Selain itu ajaran Islam tidak mengenal kasta.
Makin kuatnya pengaruh Islam di kalangan penduduk mendorong tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Nusantara. Dibawah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, antara lain:
1. Kerajaan Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan Malik al Saleh. Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326 Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai dipimpin oleh Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan Ibnu Batuta, utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai merupakan bandar utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini menjadi tempat bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari dalam dan luar negeri (India dan Cina).
2. Kerajaan Aceh
Berdirinya kerajaan aceh berawal ketika protugis berhasil menguasai malaka pada tahun 1511. Para pedaggang islam yang sebelumnya berdaggang di malaka enggan melakukan perdaggangan dengan Protugis . pedaggang islam tersebut kemudian mengalihkan perdaggangan ke pelabuhan Aceh menyebapkan kerajaan Aceh Berkembang Pesat.
Kerajaan Aceh didirikan Oleh Ali Mughayat Syah ( 1514-1528) Pusat pemerintahnya berada di kotaraja atau Banda Aceh. Kerajaan Aceh Mencapai Kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ( 1607-1636) . sultan iskandar muda Meluaskan daerah kekuasaanya hinggah meliputi lebih dari separuh Pulau sumatera.
3. Kerajaan Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia sebenarnya adalah salah seorang bupati di kerajaan Majapahit yang berkedudukan di Demak dan telah menganut Islam. Kekuasaan Majapahit ketika itu sudah lemah. Keadaan ini mendorong Raden Patah untuk mendirikan kerajaan Islam Demak. Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak berarti Raden Patah telah melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak mendapat dukungan pula dari daerah-daerah lain di Jawa Timur yang sudah Islam seperti Jepara. Tuban dan Gresik.
Dalam waktu singkat Demak telah berkembang menjadi sebuah kerajaan besar. Di samping itu Demak menjadi pusat penyiaran agama Islam. Apalagi setelah malaka Jatuh (dikuasai) oleh Portugis (1511), maka kedudukan dan peranan Demak semakin penting.
Kedatangan penjajah Portugis di Malaka mengundang ketidaksenangan Sultan Demak. Karena hal itu merupakan ancaman pula terhadap kerajaan Demak. Pada tahun 1513 kerajaan Demak mengirim armada tentaranya dipimpin oleh Pati Unus untuk mengusir Portugis di Malaka mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan Potugis memiliki armada lebih kuta dan lengkap.
Meskipun usaha untuk merebut Malaka dari Potugis yang dilakukan Pati Unus mengalami kegagalan, namun peristiwa ini patut dibanggakan karena mereka gagah berani menghadapi bangsa penjajah.
Karena keberaniannya sebagai panglima yang memimpin penyerangan ke Malaka Maka Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor artinya Pengeran yang menyeberangi laut ke Utara.
Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun karena setelah itu ia wafat. Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh Sultan Renggono, Adim Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu pada masa pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak tetap antipati terhadap penjajah Potugis. Apalagi Portugis terus meluaskan jajahannya hingga ke Jawa Barat. Pada tahun 1522 Portugis datang ke Sunda Kelapa, pelabuhan utama kerajaan Pajajaran. Portugis menjalin kerjasama dengan raja Pajajaran dengan membuat kesepakatan untuk menghadapi pasukan Islam Demak. Portugis merencanakan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 kerajaan Islam Demak mengirimkan tentaranya dipimpin oleh Fatahilah untuk mengusir dan menghancurkan Potugis yang menduduki Sunda kelapa. Fatahillah beserta tentaranya berhasil mengusir orang-orang Portugis dan menguasai Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta artinya kemenangan. Sekarang Jayakarta menjadi Jakarta.
Sementara itu Demak berhasil menguasai Jawa Timur. Ekspedisi ke Jawa Timur ini dipimpin langsung oleh Sultan Trenggono. Tetapi dalam serangannya ke Pasuruan Tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono Timbullah pertentangan di kalangan keluarga sendiri. Petentangan bersumber pada siapa yang berhak mewarisi kerajaan. Berakhirnya kerajaan Islam Demak setelah Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang suka bertindak sewenang-wenang, sehingga banyak adipati yang menentang tindakannya tersebut. Joko Tingkir kemudian memindahkan keraton Demak ke Pajang (tahun 1568. Dengan demikian tamatlah riwayat Kerajaan Demak.
4. Kerajaan Pajang
Pendiri Kerajaan Pajang adalah Pangeran Hadiwijaya atau Jaka Tingkir Pada Tahun 1568 sampai dengan 1582. ia menjadi sultan setelah memindahkan Pusat pemerintahan kerjaaan Demak ke Pajang. Sebelum menjadi raja Sultan Hadiwijaya banyak di Bantu oleh Kiai Ageng Pamanahan, Kiai Panjawi, dan Sutawijaya. Berkat jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang , Kiai Ageng Pamanahandi beri Daerah Kekuasaan di Mataram.
Pada Tahun 1582, Sultan Hadi Wijaya wafat dan setelah itu di Pajang terjadi pertikaian untuk memperrebutkan Kekuasaan. akan tetapi pertikaian itu dapat di atasi Oleh Sutawijaya dan kemudian Memindahkan Pusat Pemerintahan dari Pajang ke Mataram.
5. Kerajaan Mataram
Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama Sutowijoyo yang bergelar Panembahan Senopalti Ing Alaga Sayidin Pantagama. Letak kerajaan ini berada di Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Ketika memerintah dikerajaan Mataram, banyak bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya. Diantara para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya adalah bupati Ponogorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan, Surabaya, Cirebon dan Galuh. Namun upaya mereka untuk melepaskan diri tidak behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di bidang kemiliteran berhasil mengatasi semua pemberontakan tersebut.
Kemudian pada tahun 1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kOtagede. Meskipun demikian ia dinilai telah berhasil meletakan dasar-dasar yang kokoh bagi kerajaan Mataram. Selanjutnya setelah Sutowijoyo wafat, kerajaan Mataram diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak.
Pada awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang masing-masing dilakukan oleh Demak dan Ponorogo. Tetapi Mas Jolang berhasil memadamkan pemberontakan tersebut. Pemberontakan terhadapnya tampaknya belum berakhir. Pda tahun 1612 Surabaya melakukan perlawanan. Mas Jolang kemudian mengirimkan tentaranya berusaha menumpas pemberontakan. Sementara upaya memadamkan pemberontakan terus berlangsung dan belum berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia dimakamkan di Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak mampu menjalankan tugas pemerintahan karena keadaan fisik yang lemah serta sakit-sakitan. Selanjutnya untuk meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti oleh Mas Rangsang. Ia ternyata orang kuat yang mampu memimpin pemerintahan. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Mataram mencapai kemajuan yang pesat di bidang petanian, agama dan kebudayaan, Mataram ketika itu merupakan kerajaan terhormat dan disegani tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di pulau-pulau lainnya.
Karya sastra berupa buku berjudul Sastra Gending merupakan hasil karya yang ditulis oleh Mas Rangsang sendiri. Wayang sebagai kesenian yang digemari rakyat berkembang pesat pula.Pada masa pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633) ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan bulan. Oleh sebab itu Mas Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan sebutan Sultan Agung.
6. Kerajaan Cirebon
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang sekaligus menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya bertambah luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Mataram. Pada thaun 1570 Fatahillah wafat. Selanjutnya ia digantikan oleh putranya bernama pangeran Pasarean. Dalam perkembangannya kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Pada masa tersebut kedudukan VOC di Batavia semakin kuat. Mereka bermaksud meluaskan kekuasaannya ke Cirebon. Maka Belanda dan VOC-nya mengatur siasat dengan menerapkan politik adu domba atau Devide et Impera. Hal ini bertujuan untuk memperlemah kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan Islam Cirebon yang sudah dipecah menjadi dua, oleh Belanda VOC dipecah lagi menjadi tiga masing-masing Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.
Dengan terpecahnya kerajaan Islam Cirebon menjadi tiga menyebabkan kerajaan Islam Cirebon semakin lemah kedudukannya. Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda dan VOC untuk mengadu domba. Akhirnya padda abad ke-17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.
7. Kerajaan Banten
Seperti halnya Kerajaan Cirebon Kerajaan Banten Juga didirikan Oleh Sarif Hidayatulah . pada Mulanya Kerajaan Banten Berada di Bawah Kerajaan Demak. Sejak Pusat Kerajaan Dimak Pindah Ke Pajang, Banten Melepaskan diri dari Kerajaan Demak, kerajaan Banten Berpusat di Serang, Banten.
Raja Pertama Banten, antara lain Sultan Hasanudin (1552-1570), Putra tertua Syarif Hidayatulah. di bawah Pemerintahanya, Banten Mengalami Kemajuan di Bidang Perdaggangan.
8. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan ini sering disebut Kerajaan Makasar. Pada Mulanya Gowa dan Tallo adalah dua Kerajaan yang merdeka. Akan tetapi, keduanya sepakat untuk bersatu menjadi kerajaan Makassar. Setelah bersatu, Pusat Pemerintahan Berada di Sombaopu, Makasar, Sulawesi Selatan.
Selanjutnya Kedua Raja Tersebut Bersama-sama Memimpin Kerajaan Makasar. Raja Gowa, Daeng Manrabia di angkat menjadi Raja Makasar bergelar Sultan Alauddin. Sementara Raja Tallo, Karaeng Mantoaya di angkat menjadi Patih Kerajaan Makasar Bergelar Sultan Abdulah.
9. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate Terletak di Pulau Ternate, Maluku Utara. Kerajaan ternate Berdiri Pada Abad Ke- 3. Pusat Kerajaanya Berada di Sumatra. Kerajan Ini berkembang Pesat karena Hasil Buminya yang berupa rempah-rempah.
Raja Ternate yang Pertama Kali Memeluk Islam adalah Sultan Zaenal Abidin. Ternate Mencapai Puncak kejayaan Pada masa pemerintahan Sultan Babullah. Wilayah Kekuasaan Ternate Cukup Luas Hinggah Mencapai Pulau-pulau di Filipina Sekarang. Ternate adalah Pemimpin Persekutuan Lima Atau Uli Lima. Persekutuan ini beranggotakan Bacan, Obi, Seram, Ternate dan Ambon.
10. Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden Samudera) sebagai Sultan pertama Kerajaan Banjar.
Kerajaan Banjar runtuh pada saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Perang Banjar merupakan peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk melawan kolonialisasi Belanda. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862-1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu.
Berikut ini nama-nama raja pada masa kerajaan banjar, antara lain:
- Sultan Suriansyah (1525-1545)
- Sultan Rakhmatullah (1545-1570)
- Sultan Hidayatullah (1570-1595)
- Sultan Musta’inbillah (1595-1620)
- Sultan Inayatullah (1620-1637)
- Sultan Sa’idullah (1637-1642)
- Sultan Tahlilullah (1642-1660)
- Sultan Arm-Allah (1661-1663)
- Sultan Surianata (1663-1679)
- Sultan Amr-Allah Bagus Kesuma (1680-1700)
- Sultan Tahmidullah (1700)
- Sultan Hamidullah (1700-1734)
- Sultan Tamjidullah (1734-1759)
- Sultan Muhammad Aminullah (1759-1761)
- Sultan Sulaiman Sa’idullah (1762-1798)
- Sultan Sulaiman Rakhmatullah (1801-1825)
- Sultan Adam Al Wasikh Billah (1825-1857)
- Sultan Tamjidullah (1857-1859) versi pemerintah kolonial Belanda.
- Sultan Hidayatullah (1860), berdasarkan wasiat S.Adam, dan versi rakyat Banjar.
- Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin atau Pangeran Antasari (1860-1862)
- Panembahan Muhammad Said (1863-1875)
- Sultan Muhammad Seman (1863-1905)
- Gusti (Pangeran) Muhammada Arsyad (1905-)
- Sultan Muda Pangeran Haji Khairul Saleh (2010-).
11. Kerajaan atau Kesultanan Siak
Kesultanan Siak merupakan adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kesultanan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam perebutan tahta Johor. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat[2] dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa.
Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.
12. Kerajaan atau Kesultanan Perlak
Kesultanan Peureulak (Perlak merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh sekarang antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292.[butuh rujukan] Perlak atau Peureulak terkenal sebagai suatu daerah penghasil kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal, dan karenanya daerah ini dikenal dengan nama Negeri Perlak.
Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad ke-8, disinggahi oleh kapal-kapal yang antara lain berasal dari Arab dan Persia. Hal ini membuat berkembangnya masyarakat Islam di daerah ini, terutama sebagai akibat perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat.
13. Kerajaan atau Kesultanan Pontianak
Kesultanan Kadriyah Pontianak adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha di daerah muara Sungai Kapuas yang termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda.
Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Kerajaan Mempawah dan kedua dengan putri dari Kesultanan Banjar (Ratu Syarif Abdul Rahman, putri dari Sultan Tamjidillah I, sehingga ia dianugerahi gelar Pangeran). Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadriyah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.