Peninggalan Kerajaan Singasari

Hallo, Selamat Datang di Pendidikanmu.com, sebuah web tentang seputar pendidikan secara lengkap dan akurat. Saat ini admin pendidikanmu mau berbincang-bincang berhubungan dengan materi Kerajaan Singasari? Admin pendidikanmu akan berbincang-bincang secara detail materi ini, antara lain: peninggalan kerajaan singasari beserta gambar dan rajanya.

Peninggalan-Kerajaan-Singasari

Peninggalan Kerajaan Singasari

Sejarah Kerajaan Singasari agak pendek, karena sering ada perselisihan tentang perebutan kekuasaan di dalam Kerajaan. Ketika Kerajaan Singasari sibuk mengirim pasukan ke pulau-pulau terluar, negara mengalami kemunduran pada 1292 ketika Jayakatwang, bupati Gelang Gelang, sepupu, ipar dan ipar Kertanegara sendiri, memberontak. Serangan itu membunuh Kertanegara, yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Singasari. Jayakatwang diangkat menjadi raja dan kemudian membangun ibu kota baru di wilayah Kediri, mengakhiri kerajaan Singasari.


1. Candi Singosari

Candi-Singosari

Warisan Kerajaan Singasari Candi Singandi terletak di sebuah desa bernama Desa Renggi, Kabupaten Singosari, Kabupaten Malang, juga dikenal sebagai Kuil Menara dan Candi Cungkup, yang menafsirkan candi ini sebagai candi tertinggi pada masanya. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada 1300 M untuk menghormati Raja Kertanegara. Candi Singasari adalah kuil Syiwa yang dibangun di tengah halaman dengan beberapa patung Syiwa di sekitar taman. Candi ini dibangun di atas platform kaki dengan ketinggian 1,5 m tanpa relief di sekitar kakinya. Sementara pintu masuk ke kuil menghadap ke selatan, ada di depan kabin kecil.

Pintu masuk ke kuil tampaknya sederhana dan ada ukiran kepala Kala sederhana di bagian atas pintu yang menimbulkan celaan ketika candi belum selesai. Ke kiri, kanan pintu kabin dan juga di belakang ada ceruk untuk patung yang juga terlihat sederhana. Ceruknya lebih besar dan melekat pada bagian atas kabin dan hiasan kepala. Di ruang utama candi ini ada juga Yoni, yang terlihat agak rusak di bagian atas, dan kaki Yoni juga tidak dihiasi. Candi ini terlihat seperti tumpukan dua karena bagian bawah atap candi memiliki bentuk persegi seperti ruangan kecil dengan ceruk di setiap sisi.

Awalnya ceruk dipenuhi dengan patung-patung, tetapi sekarang kosong dan ada kepala di setiap pintu ceruk dengan berbagai patung dari pintu lain. Bagian atas atap candi memiliki bentuk meru yang semakin kecil dan semakin kecil dan bagian atas atapnya telah runtuh. Candi Singasari dipulihkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1930, yang dapat dilihat pada pahat di kaki candi. Pemugaran ini tidak dilakukan secara menyeluruh karena masih ada tumpukan batu di sekitar candi yang belum dikembalikan ke lokasi semula. Ada beberapa patung di halaman candi, beberapa di antaranya telah rusak dan belum selesai, seperti patung Syiwa dengan banyak posisi dan ukuran, sapi jantan Durga dan Nandini.


2. Candi Jago

candi-jago

Warisan kerajaan Singasari Nama candi jago berasal dari kata Jajaghu, yang berasal dari Negarakertagama dan juga dari Pararaton. Kuil ini dibangun pada masa kerajaan Singhasari pada abad ke-13. Jajaghu, yang berarti bahwa kebesaran adalah istilah yang digunakan untuk mengatakan tempat suci. Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini hanya sebagian yang tersisa dan menurut cerita ini karena candi disambar petir. Di candi ini terdapat relief Kunjarakarna dan Pancatantra, yang seluruhnya dibangun dari batu andhesit. Adityawarman menempatkan patung Manjusri di kuil Iago, yang sekarang disimpan di Museum Nasional.

Kuil Jagi terdiri dari teras-teras pon dengan panjang total 23,71 m, lebar 14 m dan tinggi 9,97 m. Tubuh candi didukung oleh 3 teras yang menonjol di bagian pertama teras dan tubuh candi berada di teras ketiga. Atap dan bagian candi terlihat terbuka dan bentuk atap aslinya sendiri tidak diketahui, tetapi banyak yang menduga bahwa bentuk atapnya adalah pagoda atau seperti Meru.

Ukiran relief seperti Khresnayana, Arjunawiwaha, Parthayana, Kunjarakharna, Anglingdharma dan juga cerita dongeng dapat ditemukan di dinding luar dari dasar candi. Di sudut kiri arah barat laut, cerita binatang seperti tantri, yang terdiri dari beberapa panel, dilukis. Untuk dinding depan kuil terdapat 2 kura-kura dongeng yang menggigit gagang kayu yang diterbangkan dengan angsa. Dalam perjalanan, kura-kura itu ditertawakan oleh sekelompok serigala dan mereka mendengar kura-kura itu menjawab dengan kata-kata sehingga mulut mereka terlihat terbuka. Kura-kura jatuh karena mereka melepaskan gigitan kayu dan menjadi makanan serigala. Ini berarti bahwa mereka tidak harus mundur hanya karena mereka dihina oleh orang lain.

Di timur laut ada sejumlah kisah Buddha yang menceritakan Yaksa Kunjarakarna, yang pergi ke Dewa Tertinggi, Wairocana, untuk belajar agama Buddha. Sementara salah satu patung yang dulunya berada di kuil Iago adalah simbol dewi Bhrkuti dan di teras ketiga kisah Arjunawaiwaha dengan kisah pernikahan Arjuna dengan dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna si raksasa Niwatakawaca dikalahkan. Kuil Jago ini dipulihkan dari tahun 1268 hingga 1280 Masehi atas perintah Raja Kertangeara. Ini untuk menghormati Raja Singasari ke-4, ayahnya Sri Jaya Wisnuwardhana, yang meninggal pada tahun 1268. Setelah itu, Kuil Iago dipulihkan pada 1343 Masehi dengan perintah dari Raja Adityawarman dari Melayu, masih terkait dengan Raja Hayam Wuruk dan Adityawarman, yang dibangun candi tambahan dan membangunnya di patung Manjusri.


3. Candi Sumberawan

candi-sumberawan

Warisan Kerajaan Singasari Warisan selanjutnya dari Kerajaan Singasari adalah Kuil Sumberawan. Candi Sumberawan berupa stupa di Desa Toyomarto, Kabupaten Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Sumberawan terbuat dari bahan andhesite panjang 6,25 m, lebar 6,25 m dan tinggi 5,23 m dan dibangun pada ketinggian 650 m di atas permukaan laut di kaki Gunung Arjuna. Kuil ini ditemukan pada tahun 1904 dan diteliti oleh para peneliti arkeologi pada tahun 1935. Kuil ini dipugar pada tahun 1937 di Hindia Belanda di kaki candi, sementara sisanya dibangun kembali secara sederhana. Candi Sumberawan adalah satu-satunya stupa di Jawa Timur dengan bentuk persegi dan tidak dilengkapi tangga dan tanpa relief. Candi ini memiliki kaki dan tubuh dalam bentuk stupa. Ada lorong di dasar candi yang tinggi dan dasar candi terlihat dari keempat sisinya. Di bagian atas kaki adalah stupa, yang terdiri dari tikar persegi dan tikar segi delapan, serta bantalan padma, sedangkan bagian atas memiliki bentuk stupa atau genta yang telah menghilang di bagian atas.

Karena candi ini tidak dilengkapi dengan tangga seperti kuil-kuil lain di dalamnya, biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan berbagai barang. Maka candi ini hanyalah sebuah stupa, tetapi umumnya tidak berfungsi seperti stupa, yang diperkirakan telah dibangun hanya sebagai tempat pemujaan. Para arkeolog menduga bahwa candi Sumberawan dulu bernama Kasuranggan, yang merupakan nama terkenal dalam buku Negarakertagama. Kuil ini dikunjungi oleh Hayam Wuruk pada 1359 dalam perjalanannya.


4. Arca Dwarapala

Arca-Dwarapala

Warisan Kerajaan Singasari Arca Dwarapala adalah patung penjaga gerbang dalam ajaran Siwa dan juga Buddha dalam wujud manusia yang mirip monster. Dwarapala terletak di luar kuil, kuil, atau bangunan lain untuk melindungi tempat-tempat suci. Dwarapala digambarkan sebagai makhluk yang menakutkan dan jumlahnya bisa satu, pasangan, atau beberapa kelompok. Dua patung Dwarapala dikelilingi oleh pagar besi di sisi jalan dan dipisahkan dari jalan. Terletak di kanan dan kiri jalan utama desa Renggo. Patung di sebelah kiri dibangun di atas pangkalan buatan pada tahun 1982, ketika patung itu tenggelam ke utara menuju perut.

Patung ini dibangun dari bahan batu monolitik dengan ketinggian 3,70 m dan menjadi pintu gerbang Kerajaan Singasari. Kedua patung terlihat sama, sehingga mereka kembar, tetapi hanya posisi tangan yang berbeda. Patung di bagian selatan tangan kiri berada di atas kaki kiri dan tangan kanan memegang gada menghadap ke bawah. Sementara patung berada di utara, tangan kiri memegang wajah dan tangan kanan menjadi diperingatkan ketika jari tengah dan jari telunjuk menunjuk ke atas sementara 3 jari lainnya melekat erat ke telapak tangan. Ornamen pada kedua patung terlihat menyeramkan dan penuh kekerasan. Kenakan ikat kepala dengan hiasan tengkorak di kepala Anda. Di telinga adalah anting-anting dengan bentuk tengkorak dan untaian mutiara yang disebut Kapala Kundala. Sedangkan pada hiasan tali pundak disebut Sarpa Keyura, yang merupakan tali pundak ular.


5. Prasasti Singasari

Prasasti ini didirikan pada 1351 M dan ditemukan di Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Saat ini disimpan di Museum Gajah dengan aksara Jawa. Prasasti ini ditulis untuk memperingati pembangunan Caitya atau kuil makam yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Bagian pertama dari prasasti tersebut adalah untuk menemukan tanggal yang terperinci seperti lokasi benda langit, dan bagian kedua berisi isi prasasti tersebut, mahakarya pengembangan Caitya.


6. Candi Jawi

candi-jawi

Warisan Kerajaan Singasari Candi Jawi dengan nama aslinya Jajawa, dibangun sekitar abad ke-13, adalah peninggalan bersejarah Kerajaan Budha Hindu Kerajaan Singhasari di kaki Gunung Welirang, Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Pasuruan , Jawa Timur . Kuil ini diduga sebagai tempat pemujaan atau pemujaan umat Buddha, tetapi ini adalah pedharmaan atau tempat di mana abu raja terakhir Singhasari Kertanegara disimpan. Abu ini juga disimpan sebagian di Candi Singasari dan kedua candi terhubung ke Kuil Iago, tempat di mana Raja Kertanegara disembah. Di Negakertagama, puisi 56 mengatakan bahwa Kuil Jawi ditugaskan oleh raja terakhir kerajaan Singasari, Kertanegara, sebagai tempat pemujaan bagi umat Buddha Siwa.

Candi ini terletak di atas lahan seluas 40 x 60 meter persegi, dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 meter dan dikelilingi oleh parit, yang dihiasi dengan limbah lotus berupa candi dengan kaki Siwa dan bahu Buddha. Ketinggian candi ini adalah 24,5 meter dengan panjang 14,2 meter dan lebar 9,5 meter. Bentuknya besar dan ramping dengan atap yang dibentuk seperti kombinasi stupa dan kubus ubin ke atas. Pintu menghadap ke timur dengan posisi ke belakang menuju Gunung Penanggungan. Ada relief di dinding yang belum terbaca karena patungnya terlalu tipis dan belum diberi informasi yang cukup. Sebuah fragmen menggambarkan keberadaan Candi Jawi dan beberapa bangunan lain di sekitar candi, yang mengatakan bahwa ada hingga 3 candi Perwara, tetapi 3 candi ini sekarang sejajar di tanah.


7. Prasasti Wurare

Prasasti-Wurare

Prasasti Wurare Kerajaan Singasari berikutnya adalah prasasti Wurare. Ini adalah prasasti yang berisi penobatan peringatan patung Mahaksobhaya di daerah yang disebut Wurare, sehingga parasit ini disebut prasasti Wuware. Prasasti-prasasti itu dalam bahasa Sanskerta 1211 [21. November 1289]. Patung ini merupakan penghormatan kepada Raja Kertanegara, yang telah memperoleh gelar Jina atau Buddha Besar dari keturunannya.

Sementara prasasti itu ada di dasar patung Buddha di lingkaran di bawahnya. Prasasti ini terdiri dari 19 ayat puisi, dan beberapa dari mereka menceritakan tentang pendeta suci Arrya Bharad, yang membagi tanah Jawa menjadi dua kerajaan dengan air ajaib dalam kendi untuk menjadi Janggala dan Pangjalu. Ini dilakukan untuk menghindari pangeran perang saudara yang memperebutkan kekuasaan.


8. Candi Kidal

Candi-Kidal

Candi Kidal Candi Kidal adalah warisan dari Kerajaan Singasari, dibangun untuk menghormati Anusapati, raja kedua Singasari, yang memerintah selama 20 tahun dari 1227 hingga 1248. Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya selama penaklukan kekuasaan Singasari dan dianggap kutukan oleh Mpu Gandring. Candi ini sangat kaya dengan budaya Jawa Timur dan dipulihkan pada tahun 1990. Candi ini menceritakan kisah Garudeya, mitologi Hindu dengan pesan moral pembebasan budak, dan masih utuh sampai sekarang.

Fragmen puisi dalam buku Negarakertagama, yang merupakan kakawin dengan banyak informasi tentang Kerajaan Majapahit dan Singosari, melaporkan tentang Raja Singosari 2, yaitu Anusapati dan situs Dharma di Kuil Kidal. Kuil kidal terbuat dari batu andhesit dan memiliki dimensi geometris vertikal. Di kaki kuil itu terlihat tinggi dan tangga naik dalam bentuk kecil dan tidak terlihat seperti tangga nyata. Bagian tubuh candi terlihat lebih kecil dibandingkan area kaki, sehingga candi terlihat ramping. Di kaki dan di tubuh candi ada hiasan dalam bentuk medali dan sabuk bundar di tubuh candi

Atap candi terdiri dari 3 tingkat seperti Ratna, yang merupakan karakteristik candi Hindu, atau Stupa, yang merupakan karakteristik candi Budha. Pada setiap tingkat ada ruang kecil dan hiasan tambahan yang dikatakan memiliki berlian kecil di sudut tingkat atap. Kepala Kala diukir di bagian atas pintu masuk Pitnu dan masuk ke ruang kuil. Kala adalah bagian dari Dewa Siwa, yang dikenal sebagai administrator bangunan suci. Hiasan ini terlihat menyeramkan dengan mata besar dan mulut terbuka serta memperlihatkan dua taring besar dan bengkok. Taring-taring ini adalah ciri khas dari candi-candi di Jawa Timur. Di sudut kiri dan kanan adalah jari-jari dengan sikap atau mudra sebagai ancaman. Sisa fondasi di sekitar dinding berhasil digali selama restorasi 1990-an, dan di balik dinding, tangga mengarah ke kompleks candi di barat. Namun, tidak pasti apakah ini bentuk asli atau tidak.


9. Prasasti Manjusri

Prasasti-Manjusri

Prasasti Manjusri Warisan kerajaan Singasari adalah prasasti Manjusri berikutnya. Ini adalah naskah yang diukir di belakang patung Manjusri pada tahun 1343 dan disimpan di Kuil Iago. Sekarang di Museum Nasional. Menurut interpretasi Bosch tentang prasasti itu, Adityawarman mungkin telah membangun sebuah kuil tambahan di situs kuil Iago. Namun, tidak ada bangunan sisa di sisi Candi Jago. Karakter Manjusri dilihat sebagai personifikasi kebijaksanaan transenden, yang mengatakan bahwa ia duduk di atas lotus hiasan dan memegang sebuah buku dengan naskah daun palem di sebelah kiri dan sebuah pedang di tangan kanan, yang berarti melawan kegelapan. Di dada ada tali yang dikelilingi oleh 4 dewa, yang merupakan replika diri.

Prasasti ini diukir dengan aksara Jawa Kuno dan Sanskerta. Prasasti itu terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian pertama tentang Bodhisattva dengan 3 garis dan bagian kedua, yang diukir di belakang sebuah patung dengan 7 garis. Isi prasasti ini adalah tentang penempatan patung Mañjuśrī Adityawarman pada kerinduan Jina tahun 65aka 1265.

Peninggalan sejarah lainnya:

  1. Prasasti Mula Malurung
  2. Patung Prajnaparamita
  3. Amoghapasa mandala
  4. Prasasti Kudadu
  5. Pemandian suci
  6. Patung Genesha

Raja Raja Kerajaan Singasari

Silsilah dari Kerajaan Singasari ini tersedia dalam dua versi, yaitu Pararaton dari prasasti Kudadu dan Negarakretagama. Berikut adalah beberapa raja yang memerintah selama kerajaan Singasari


  • Ken Arok |

Memerintah dari 1222 hingga 1227. Ia adalah pendiri Kerajaan Singasari dan menerima gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken Arok terbunuh pada 1227 atas perintah Anusapati, anak tiri Ken Arok, dan dimakamkan di Kegenengan di gedung Buddha Siwa.


  • Anusapati

Diperintah dari 1227 M sampai 1248, yang memerintah untuk waktu yang lama tetapi tidak membuat banyak kemajuan bagi kerajaan karena sering memberi makan ayam. Tohjoyo kemudian mengundang Anusapati ke pesta adu ayam di Gedong Jiwa dan selama acara Tohjoyo Anusapati tiba-tiba menusuk dengan belati dari Empu Gandring dan Anusapati ditahbiskan di kuil Kidal.


  • Tohjoyo

Diperintah pada 1248 M setelah kematian Anusapati. Pemerintah tidak bertahan lama karena putra Anusapati, Ranggawuni, ingin membalas kematian ayahnya dan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya membantunya untuk akhirnya menggulingkan Tohjoyo dan mempertahankan kerajaan.


  • Ranggawuni

Dari tahun 1249 hingga 1268 diperintah dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana, diperoleh dari Mahesa Cempaka, putra Mahesa Wongateleng, yang sebenarnya bersedia memimpin kerajaan Singasari sebagai penerus atau penerus Ranggawuni. Selama masa pemerintahan ini, perdamaian dibawa ke 1254. Kertanegara, putra Wisnuwardana, diangkat sebagai raja muda dan Wisnu Wardana menutup hidupnya dan ditahbiskan di Jajaghu pada 1268.


  • Kertanegara

Diperintah dari 1268 hingga 1292. Ia menjadi raja terakhir kerajaan Singasari dan juga raja terbesar karena ia bermimpi menyatukan kepulauan. Dia menerima gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara dan memerintah dengan bantuan 3 Mahamentri, yaitu Mahamentri I Hino, Mahamentri I Halu dan Mahamentri I Sirikan. Beberapa Wide juga menjadi bupati di Sumenep, Madura dan diberi gelar Aria Wijaya. Kertanegara ditahbiskan sebagai Buddha Siwa di kuil Singasari dan patungnya dikenal sebagai Joko Dolog di Taman Simpang, Surabaya.


Demikian Pembahasan Tentang 15 Peninggalan Kerajaan Singasari Beserta Gambar dan Rajanya dari Pendidikanmu
Semoga Bermanfaat Bagi Para Pembaca :)

Baca Artikel Lainnya: